beritapembangunan.web.id Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi, di mana penduduk usia produktif mendominasi dengan porsi lebih dari 69 persen. Dari total populasi lebih dari 286 juta jiwa, mayoritas berada pada rentang usia 15 hingga 64 tahun. Kondisi ini menjadi peluang besar untuk mempercepat pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan.
Namun, potensi demografi tidak akan memberi dampak signifikan jika tidak diimbangi dengan arah pembangunan yang menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi memang penting, tetapi tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan, keberlanjutan pembangunan akan sulit tercapai. Banyak negara yang mengalami kerusakan ekologis justru karena hanya menitikberatkan pada industrialisasi dan eksploitasi sumber daya alam tanpa perencanaan jangka panjang.
Oleh sebab itu, pembangunan berkelanjutan harus mengedepankan tiga pilar utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiganya saling berkaitan dan tidak dapat berjalan sendiri. Kesejahteraan masyarakat harus dibangun melalui sistem ekonomi hijau yang tetap menjaga keseimbangan ekosistem bumi.
Peran Strategis Generasi Muda
Dosen Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Universitas Gadjah Mada, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si., menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam mendorong pembangunan berkelanjutan karena 38 persen penduduknya merupakan generasi muda. Kelompok ini dinilai sebagai kekuatan utama dalam transformasi menuju ekonomi hijau dan masyarakat berdaya saing.
Hempri menilai, anak muda memiliki keunggulan dalam hal kreativitas, inovasi, serta kemampuan adaptasi terhadap perubahan teknologi. Namun, potensi ini perlu dioptimalkan melalui pembinaan, pendidikan, dan kolaborasi lintas sektor.
“Kita harus mengubah pandangan bahwa anak muda hanya konsumtif. Justru mereka memiliki kapasitas luar biasa untuk bertransformasi. Dengan digital mindset dan energi futuristik, mereka bisa menjadi solusi bagi masalah sosial dan lingkungan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya membangun habit atau kebiasaan produktif di kalangan anak muda. Pembangunan berkelanjutan tidak cukup hanya dengan wacana. Diperlukan pembiasaan dan edukasi yang konsisten agar kesadaran terhadap keberlanjutan menjadi bagian dari gaya hidup.
Transformasi Menuju Ekonomi Hijau
Pembangunan ekonomi hijau bukan hanya tentang menanam pohon atau mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan sistem ekonomi yang efisien dan ramah lingkungan. Konsep ini mendorong sektor industri, pertanian, dan jasa untuk mengadopsi teknologi bersih serta mengurangi dampak negatif terhadap alam.
Dalam konteks ini, generasi muda memiliki peran penting sebagai inovator dan penggerak perubahan. Banyak di antara mereka kini terlibat dalam bisnis sosial, start-up ramah lingkungan, serta gerakan komunitas yang berfokus pada pengelolaan sampah dan energi terbarukan.
Dr. Hempri menjelaskan bahwa peran pemuda dapat dimulai dari hal kecil, seperti menerapkan gaya hidup berkelanjutan, memilih produk lokal, hingga mengembangkan usaha berbasis ekonomi sirkular. Menurutnya, perubahan besar selalu dimulai dari kesadaran individu yang meluas menjadi gerakan kolektif.
“Ekonomi hijau akan tumbuh jika anak muda melihat peluang di dalamnya. Bukan hanya untuk keuntungan finansial, tapi juga sebagai kontribusi nyata terhadap keberlangsungan bumi,” tambahnya.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Keberlanjutan
Pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat harus saling bekerja sama. Dalam hal ini, anak muda berperan sebagai jembatan yang mampu menghubungkan berbagai sektor melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi digital.
Kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan komunitas sosial menjadi salah satu strategi untuk mempercepat transformasi menuju ekonomi hijau. Kampus dapat berperan sebagai inkubator ide dan pusat pengembangan inovasi, sementara komunitas menjadi ruang bagi penerapan langsung di lapangan.
Pemerintah juga diharapkan memperkuat kebijakan yang mendukung peran generasi muda dalam pembangunan berkelanjutan. Misalnya, memberikan insentif bagi usaha hijau, mendukung kegiatan kewirausahaan sosial, dan memperluas akses pelatihan keterampilan hijau (green skills).
Edukasi dan Kesadaran Kolektif
Menurut Dr. Hempri, kesadaran terhadap isu lingkungan harus dimulai sejak dini. Pendidikan di sekolah dan kampus perlu mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam kurikulum. Mahasiswa harus memahami bahwa setiap keputusan ekonomi memiliki dampak sosial dan ekologis.
Ia menambahkan, media sosial juga bisa menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai keberlanjutan. Dengan konten kreatif dan edukatif, anak muda dapat memengaruhi sesama generasi mereka untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan.
“Generasi muda saat ini tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen ide. Mereka bisa menggunakan media digital untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga bumi,” ujarnya.
Menyiapkan Pemimpin Masa Depan yang Visioner
Transformasi menuju pembangunan hijau juga berarti menyiapkan generasi pemimpin yang visioner. Anak muda yang memahami nilai keberlanjutan akan tumbuh menjadi pembuat kebijakan yang lebih bertanggung jawab. Mereka akan menempatkan keseimbangan antara ekonomi dan ekologi sebagai prioritas utama.
Universitas dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencetak pemimpin masa depan. Melalui pendekatan interdisipliner, mahasiswa diajak memahami hubungan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara menyeluruh.
Jika generasi muda mampu memimpin perubahan ini, maka Indonesia dapat menjadi negara yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga adil secara sosial dan lestari secara lingkungan.
Kesimpulan: Harapan untuk Indonesia Berkelanjutan
Bonus demografi yang dimiliki Indonesia adalah peluang emas untuk membangun masa depan hijau. Namun, peluang ini hanya akan terwujud jika anak muda diberi ruang untuk berkreasi, berinovasi, dan berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Melalui edukasi, kolaborasi lintas sektor, dan penguatan kebijakan yang berpihak pada lingkungan, generasi muda dapat menjadi motor utama dalam menciptakan masa depan berkelanjutan.
Sebagaimana disampaikan Dr. Hempri, “Kita tidak sedang mewarisi bumi dari generasi sebelumnya, tetapi meminjamnya dari generasi yang akan datang.” Maka, tugas generasi muda hari ini adalah memastikan bumi tetap layak huni bagi masa depan Indonesia dan dunia.

Cek Juga Artikel Dari Platform hotviralnews.web.id
