beritapembangunan.web.id – Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menekankan bahwa investasi besar pada riset dan pengembangan (R&D) adalah kunci bagi Indonesia untuk membangun industri otomotif nasional yang mandiri dan berdaya saing global.

Langkah ini dinilai tidak hanya penting untuk melahirkan merek mobil nasional, tetapi juga untuk memanfaatkan potensi bahan baku dalam negeri, khususnya untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV).


πŸ”‘ Kemandirian Industri Tidak Cukup Hanya Pabrik

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menegaskan bahwa membangun kemandirian industri otomotif tidak cukup hanya dengan memiliki pabrik perakitan atau industri komponen.

β€œKalau kita mau masuk ke sana, kajiannya harus betul-betul panjang. Kita harus melihat secara keseluruhan. Jangan hanya ada pabriknya dan pabrik komponennya saja, perlu riset dan pengembangan,” ujar Kukuh dalam Forum Bisnis Indonesia di Jakarta, Kamis (25/9/2025).

Menurut Kukuh, posisi Indonesia di ASEAN cukup unik karena menjadi pasar otomotif terbesar di kawasan ini. Kondisi ini menjadikan Indonesia magnet bagi produsen mobil global seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok.

Namun, ia mengingatkan, keberhasilan industri otomotif nasional ke depan tidak bisa bergantung semata pada kehadiran pabrik dan investor asing, tetapi harus memperkuat kapabilitas teknologi dan inovasi melalui R&D.


πŸ“ˆ Belajar dari Transformasi Industri Otomotif China

Kukuh mencontohkan China sebagai negara yang mampu melakukan transformasi besar dalam industri otomotif.

β€œKalau kita belajar dari China, sebelum 2010 industrinya tidak terlalu maju. Tapi setelah mereka fokus pada riset dan pengembangan, kini ratusan produsen mobil tumbuh pesat di sana,” ungkapnya.

Pengalaman China menunjukkan bahwa keberhasilan menguasai teknologi tidak datang secara instan, tetapi melalui investasi besar, konsistensi kebijakan, dan fokus jangka panjang pada R&D.


βš™οΈ Manfaatkan Potensi Bahan Baku Dalam Negeri

Indonesia memiliki keunggulan berupa ketersediaan sumber daya alam seperti nikel dan mineral penting lainnya yang menjadi komponen utama baterai kendaraan listrik. Namun, Gaikindo menilai keunggulan ini belum sepenuhnya dimanfaatkan.

β€œJangan hanya mengandalkan punya raw material (bahan baku). Yang penting adalah bagaimana kita mengembangkan bahan baku itu agar memberi manfaat nyata bagi industri otomotif kita,” tegas Kukuh.

Transformasi bahan mentah menjadi komponen teknologi bernilai tambah tinggi, seperti baterai EV dan sistem kelistrikan, akan menentukan posisi Indonesia dalam rantai pasok global kendaraan listrik.


πŸ”¬ R&D sebagai Motor Inovasi Otomotif Nasional

Gaikindo menegaskan bahwa penguatan riset dan pengembangan tidak boleh hanya menjadi proyek prestise, tetapi harus menjadi motor pertumbuhan industri otomotif dan perekonomian nasional.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat, R&D di sektor otomotif diharapkan dapat melahirkan inovasi yang memungkinkan Indonesia memiliki merek mobil nasional yang kompetitif, memanfaatkan bahan baku lokal, dan mengurangi ketergantungan pada impor komponen.


🌏 Pelajaran dari Negara Lain

Kukuh mengingatkan bahwa negara-negara maju tidak hanya mengandalkan investasi asing, tetapi juga mengalokasikan dana publik dalam jumlah besar untuk mendorong inovasi industri otomotif.

Beberapa contoh negara yang sukses membangun ekosistem otomotif berbasis R&D antara lain:

  • Korea Selatan
    Pada tahun 2025, Kementerian Industri dan Energi Korea Selatan merencanakan pengeluaran publik sebesar 499 miliar won (Rp5,9 triliun) untuk pengembangan teknologi mobilitas masa depan, termasuk EV, kendaraan otonom, dan berbahan bakar hidrogen.
  • Jepang
    Pemerintah Jepang pada 2022 meluncurkan Green Innovation Fund senilai 2 triliun yen (sekitar Rp225,5 triliun) untuk mendukung proyek R&D kendaraan ramah lingkungan dan demonstrasi teknologi otomotif canggih.
  • China
    Pada 2024, total anggaran R&D China mencapai 3,61 triliun yuan (sekitar Rp19,5 kuadriliun), dengan rasio R&D terhadap PDB sebesar 2,68 persen. Walau tidak seluruhnya untuk otomotif, besarnya anggaran ini menunjukkan dukungan penuh pemerintah China terhadap inovasi teknologi termasuk di sektor mobilitas dan kendaraan listrik.

Belajar dari pengalaman tersebut, Indonesia perlu berani mengalokasikan dana lebih besar untuk R&D agar tidak hanya menjadi pasar bagi kendaraan impor, tetapi juga menjadi produsen dengan inovasi teknologi sendiri.


πŸ”Ž Langkah yang Perlu Ditempuh Indonesia

Gaikindo menekankan bahwa beberapa langkah strategis perlu segera ditempuh agar Indonesia dapat mewujudkan industri otomotif yang mandiri dan berkelanjutan, antara lain:

  1. Meningkatkan investasi R&D melalui kerja sama pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.
  2. Membangun ekosistem inovasi dengan insentif untuk perusahaan lokal yang mengembangkan teknologi otomotif.
  3. Mengoptimalkan bahan baku lokal seperti nikel menjadi produk bernilai tambah untuk baterai EV dan komponen lain.
  4. Menciptakan kebijakan jangka panjang yang konsisten, sehingga investor dan pelaku industri memiliki kepastian dalam mengembangkan teknologi.

πŸ“Œ Kesimpulan

Gaikindo menegaskan bahwa untuk mewujudkan kemandirian industri otomotif nasional, Indonesia tidak boleh hanya menjadi basis produksi atau perakitan kendaraan bagi merek global.

Dibutuhkan investasi besar pada riset dan pengembangan (R&D) untuk menguasai teknologi, mengolah bahan baku lokal menjadi komponen otomotif bernilai tinggi, dan melahirkan merek mobil nasional yang berdaya saing di pasar global.

Dengan strategi yang berfokus pada R&D, industri otomotif Indonesia tidak hanya menjadi pemain besar di pasar domestik, tetapi juga mampu menjadi pusat inovasi otomotif di kawasan ASEAN, sekaligus berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Cek juga artikel terbaru dan paling top di museros.site

By Blacky