beritapembangunan.web.id Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak pemerintah daerah memberi perhatian lebih terhadap pembangunan di bidang keagamaan. Fokus ajakan ini mencakup penguatan madrasah, pesantren, serta lembaga pendidikan keagamaan. Ia menegaskan, pembangunan keagamaan tidak bisa hanya bergantung pada anggaran Kementerian Agama (Kemenag).
Menurutnya, keterbatasan anggaran bukan alasan untuk berhenti. Justru, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah sangat penting agar pendidikan serta layanan keagamaan di seluruh wilayah tetap berkembang.
“Dari segi fasilitas dan sumber daya manusia, madrasah masih tertinggal dibanding sekolah negeri. Karena itu, pemerintah daerah harus hadir memberi dukungan nyata,” ujarnya.
Menag menilai Kemenag tidak dapat berjalan sendiri. Sinergi lintas instansi diperlukan agar setiap program benar-benar berdampak bagi masyarakat.
Peran Penting Pemerintah Daerah
Menurut Nasaruddin, dukungan pemerintah daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan keagamaan. Ia menekankan bahwa kerja sama antara Kemenag dan daerah harus menghasilkan langkah konkret, bukan hanya sebatas wacana.
“Kami butuh kolaborasi nyata agar setiap program keagamaan memberi manfaat langsung bagi umat. Pemerintah daerah memiliki peran besar dalam penyediaan infrastruktur dan tenaga pendidik,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi kepala daerah di Sulawesi Tengah yang sudah menunjukkan komitmen tinggi. Salah satunya adalah Bupati Banggai, Amirudin Tamoreka, yang menghibahkan dana lebih dari Rp3 miliar untuk pembangunan Kantor Kemenag Banggai di atas tanah hibah pemerintah daerah.
Program Keagamaan Unggulan di Sulawesi Tengah
Dukungan pemerintah provinsi juga terlihat dari berbagai inisiatif yang menekankan penguatan spiritualitas. Gubernur Anwar Hafid bersama Wakil Gubernur Reny Lamadjido meluncurkan Program Berani Berkah.
Program ini termasuk dalam sembilan program unggulan daerah. Tujuannya menumbuhkan spiritualitas dan kearifan lokal sebagai dasar pembangunan masyarakat. Warga diajak menjadikan nilai agama sebagai panduan hidup, baik dalam pendidikan, pemerintahan, maupun kegiatan sosial.
Selain itu, pemerintah juga menggelar kegiatan rutin seperti Sulteng Berjamaah, Sulteng Mengaji, dan Majelis Subuh Berkah. Acara ini diadakan setiap Sabtu pagi di Masjid Mujahidin, Kantor Gubernur.
Plt. Kakanwil Kemenag Sulawesi Tengah, Muchlis, menyebut kegiatan tersebut memperkuat silaturahmi lintas iman dan mempererat hubungan masyarakat. “Program ini menjadi ruang spiritual untuk membangun kebersamaan,” ujarnya.
Peran Imam dan ASN Kemenag
Menag menegaskan, imam, tokoh agama, dan ASN Kemenag memiliki peran penting sebagai teladan di tengah masyarakat. Mereka diharapkan menjaga akhlak, disiplin, dan integritas dalam bekerja maupun berinteraksi sosial.
“Masyarakat menaruh harapan besar pada imam dan ASN Kemenag. Mereka bukan sekadar pelayan publik, tapi juga contoh moral,” ucap Nasaruddin.
Ia menilai pembinaan karakter ASN menjadi bagian penting dalam reformasi birokrasi Kemenag. Pelayanan publik yang berbasis nilai keagamaan dan empati akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga negara.
Kerukunan Umat Sebagai Fondasi Bangsa
Dalam kesempatan itu, Nasaruddin juga memuji Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Menurutnya, FKUB adalah “pahlawan kerukunan” karena perannya menjaga harmoni sosial.
“Modal bangsa kita yang paling mahal adalah kerukunan. Banyak negara gagal membangun karena tak memiliki keamanan dan rasa damai. Indonesia beruntung karena masyarakatnya mampu hidup rukun,” tegasnya.
Data Puslitbang Kemenag RI mencatat, Indeks Kerukunan Umat Beragama di Sulawesi Tengah mencapai 76,95 persen, masuk kategori rukun tinggi. Capaian ini menjadi bukti bahwa masyarakat di wilayah tersebut mampu hidup berdampingan secara harmonis meski berbeda keyakinan.
Menag berharap capaian ini terus dijaga. Menurutnya, pendidikan moderasi beragama harus menjadi gerakan bersama, agar toleransi tidak hanya sekadar slogan, tetapi benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rangkaian Kunjungan Kerja
Dalam kunjungannya ke Sulawesi Tengah, Menag Nasaruddin Umar melakukan berbagai agenda penting. Ia bersilaturahmi dengan Pengurus Besar Alkhairaat, memberikan orasi ilmiah di UIN Datokarama Palu, dan meninjau Masjid Raya Baitul Khairaat.
Selain itu, ia juga melantik pengurus Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Sulawesi Tengah. Organisasi ini diharapkan memperkuat jaringan imam masjid dan menumbuhkan peran mereka sebagai penggerak sosial di komunitasnya.
Rangkaian kegiatan kemudian ditutup dengan pembinaan ASN dan pertemuan tokoh lintas agama. Momen ini digunakan untuk mempererat hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam membangun harmoni serta moderasi beragama.
Harapan Menag untuk Pembangunan Keagamaan
Menag menyampaikan bahwa pembangunan keagamaan tidak hanya tentang infrastruktur atau fasilitas fisik. Lebih dari itu, yang dibangun adalah nilai, karakter, dan kesadaran spiritual masyarakat.
Ia menekankan pentingnya kesadaran semua pihak, termasuk tokoh agama dan masyarakat umum, untuk ikut berkontribusi. “Kementerian Agama akan terus berusaha, tapi kami butuh dukungan semua elemen agar program berjalan efektif,” ujarnya.
Menurutnya, kerja sama lintas sektor sangat penting. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, tokoh agama, dan organisasi masyarakat harus berjalan dalam satu visi: menciptakan masyarakat Indonesia yang beradab, toleran, dan damai.
Kesimpulan
Seruan Menteri Agama Nasaruddin Umar agar pemerintah daerah memperkuat pembangunan bidang keagamaan menjadi refleksi penting bagi bangsa. Dukungan daerah terhadap madrasah, pesantren, dan lembaga keagamaan adalah investasi sosial jangka panjang.
Dengan kolaborasi yang solid antara pusat dan daerah, Indonesia dapat membangun masyarakat yang cerdas secara intelektual sekaligus kuat dalam nilai-nilai spiritual. Kerukunan umat menjadi fondasi utama untuk mewujudkan bangsa yang damai, maju, dan bermartabat.mewujudkan cita-cita besar sebagai bangsa yang religius, toleran, dan rukun dalam keberagaman.

Cek Juga Artikel Dari Platform bengkelpintar.org
